10 Maret 2009

Gedung yang dilengkapi Sistem Pemanas dan Pendingin dengan Menggunakan Air Laut

| No comment
Universitas Maritim Korea Selatan, pada tanggal 2 Pebruari, mengumumkan rencana pemasangan sistem pemanas dan pendingin dengan menggunakan selisih temperatur air laut untuk Gedung Hubungan Kerjasama Pertukaran Internasional di kampus, Dongsam-dong, kotamadya Yeongdo, Busan.
Pembangunan gedung 6 tingkat di atas tanah seluas 2.632 meter per segi tersebut akan selesai pada bulan Oktober mendatang, sebagai contoh pertama di Korea Selatan.

Temperatur Air Laut

Temperatur air laut selalu berbeda sesuai dengan kedalaman masing-masing, seperti halnya perbedaan suhu udara di atas tanah menurut ketinggian. Perubahan temperatur di permukaan laut, sangat drastis, akibat pengaruh langsung dari suhu atmospir, akan tetapi semakin dalam perubahan temperatur air laut relatif kecil. Dengan kata lain, temperatur air laut berbeda dengan suhu udara di atas tanah, dan juga berbeda sesuai dengan kedalaman masing-masing. Gagasan tentang perolehan energi dari selisih temperatur itu, sudah lama dicanangkan. Ide penggunaan kekuatan ombak muncul untuk pertama kali sebagai obyek pertama dalam usaha memperoleh energi dari air laut. Gagasan ini berbeda jauh dengan penggunaan selisih temperatur air laut, karena menggunakan energi fisika. Pembangkit listrik dan sistem pemanas serta pendingin dengan menggunakan selisih temperatur air laut merupakan contoh yang nyata untuk memanfaatkan air laut sebagai sumber energi.

Sistem Pemanas dan Pendingin dengan Air Laut

Sistem ini menerapkan metode selisih temperatur antara air laut dengan suhu udara di atas tanah. Fasilitas pemanas dan pendingin tersebut menggunakan air laut yang ditarik dari kedalaman 10 meter. Pada musim panas, fasilitas itu dapat menurunkan temperatur di dalam kamar yang tercatat 30 derajat selsius sampai 20 derajat selsius, dengan menggunakan air laut. Sedangkan, pada musim dingin, temperatur air laut 12 derajat selsius dapat menghangatkan suhu udara di dalam kamar setingkat temperatur air laut. Efek utama penggunaan sistem itu adalah menghemat energi. Ditambah lagi, air laut dapat dikatakan sumber energi yang tidak ada habisnya dan tidak menimbulkan polusi apapun. Teknologi penggunaan sistem pemanas dan pendingin dengan air laut, untuk pertama kali dikembangkan oleh Perancis, menyusul Swedia dan Norwegia. Jepang juga berusaha keras untuk mengembangkan teknologi itu dan sekarang mererapkan teknologi itu untuk gedung-gedung raksasa dan sistem rumah, sambil mengeskpor teknologinya kepada negara-negara di wilayah Asia Tenggara.

Gedung Pertama di Korea yang Menerapkan Sistem Pemanas dan Pendingin dengan Air Laut

Gedung pertama di Korea yang menerapkan sistem pemanas dan pendingin dengan air laut, akan didirikan di kampus Universitas Maritim Korea, pada bulan Oktober mendatang. Yaitu sebuah gedung 6 tingkat di atas tanah seluas 2.632 meter per segi. Menurut perhitungan, penggunaan sistem itu, akan menghemat biaya pemanas dan pendingin tahunan sebesar 86 juta won. Dengan kata lain, dalam waktu pengoperasian sistem itu selama 4 tahun 7 bulan, maka biaya pemasangan sistem itu dapat dikembalikan. Sistem itu merupakan suatu perwujudan nyata dari gagasan pemerintah Korea Selatan yang mengutamakan ‘Pengembangan Hijau dengan Karbondioksida Rendah’ dan dapat diterapkan di kota-kota pinggir laut, serta membawakan efek besar untuk menghemat energi dalam negeri Korea.

Pembangkit Listrik dengan Memanfaatkan Selisih Temperatur Air Laut

Selain penerapan sistem pemanas dan pendingin, penggunaan air laut juga dapat membangkitkan listrik. Teori pembangkit listrik itu menggunakan zat amonia yang mudah ditransfer antara kondisi cair dengan kondisi uap. Pertama-tama, dengan air panas dari permukaan laut dibuat uap amonia yang dapat memutarkan turbin pembangkit listrik dengan tekanan tinggi. Setelah itu, uap amonia akan menjadi cair melalui proses sirkulasi dengan air laut dingin yang ditarik dari kedalaman laut 1000 meter. Proses ini dilanjutkan terus-menerus secara bergantian. Sistem ini dapat diterapkan di zona di mana selisih temperatur air laut sekitar 20 derajat selsius. Oleh karena itu, zona tropis di sekitar khatulistiwa merupakan daerah yang cocok untuk menerapkan sistem itu. Korea Selatan, khususnya daerah perairan Pohang dan sekitarnya mulai bulan Agustus sampai bulan Oktober, menunjukkan selisih temperatur air laut, 20 derajat selsius lebih, sehingga memungkinkan untuk membangkitkan listrik dengan memanfaatkan air laut.
sumber: KBS WORLD Radio
Tags :

Tidak ada komentar: