25 Februari 2009

Kesempatan selalu ada

| No comment
Oleh : Aji Setiawan & Imada Simbolon

KOREA Selatan adalah salah satu negara yang mempunyai gedung kedutaan yang megah di Jakarta. Terletak di daerah stragegis, hanya beberapa blok dari gedung Departemen Perindustrian RI di jalan Gatot Subroto. Hal ini menggambarkan betapa eratnya hubungan kedua negara yang sudah terjalin sejak lama. Hubungan bilateral kedua negara terus meningkat dalam berbagai bidang terutama ekonomi. Sambutan ramah dan hangat pun terasa ketika AKSES mengunjungi Kedutaan Besar Korsel ini beberapa waktu lalu. Suasana bersahabat makin kentara ketika AKSES diterima oleh Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Yang Mulia Kim Ho Young di ruang kerjanya baru-baru ini. Dubes Kim yang baru beberapa bulan memulai tugasnya di Jakarta terlihat bersemangat berbicara menge-nai hubungan kedua negara. Pak Dubes ini nampak antusias untuk segera mengetahui segala sesuatu mengenai negara akreditasinya termasuk bahasa Indonesia. Atas permintaan beliau, wawancara AKSES dilakukan dalam bahasa Indonesia dan diterjemahkan oleh stafnya ke bahasa Korea. Rupanya acara wawancara itu dimanfaatkan oleh Dubes Kim sebagai kesempatan untuk belajar bahasa Indonesia. Berikut ini petikan wawancara dengan Duta Besar Kim Ho-young.

Bagaimana pendapat Anda mengenai prospek hubungan kedua negara?

Dalam beberapa tahun terakhir, kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan telah berkembang dalam berbagai sektor terutama ekonomi. Kemajuan ini dicapai dibawah kesepakatan kerjasama strategis yang di deklarasikan oleh pemimpin kedua negara. Kemajuan di bidang ekonomi ini terlihat di sektor investasi, perdagangan dan perjanjian kerjasama ekonomi yang telah disetujui. Nilai investasi Korsel ke Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun, tahun 2007 mencapai US$ 890 juta, naik dua kali lipat dibanding tahun 2004. Demikian juga di bidang perdagangan yang mencapai US$ 14,9 milyar pada tahun 2007 dibanding tahun 2004 yang hanya sebesar US$ 10 milyar. Selain itu, sebanyak 40 perjanjian kerjasama busines telah ditanda-tangani. Nilai perdagangan bilateral tahun 2008 ini diperkirakan akan melonjak besar. Nilai perdagangan sampai Juli 2008 telah menunjukkan peningkatan drastis sebesar 46% dibandingkan periode yang sama tahun 2007.

Korsel mempunyai teknologi dan modal sedangkan Indonesia mempunyai sumber daya alam dan tenaga kerja yang besar. Bila kedua negara melakukan kerjasama yang saling melengkapi maka kita akan memperoleh keuntungan besar di sektor industri. Dalam beberapa tahun mendatang, sejumlah perusahaan Korsel akan menanamkan modalnya di bidang energi, perbankan, elektronik yang membutuhkan tenaga kerja yang kompetitif.

Bagaimana peluang produk Indonesia di pasar Korsel?

Indonesia adalah mitra dagang ke-9 terbesar bagi Korsel. Sampai bulan Juli 2008, nilai impor Korsel dari Indonesia mencapai US$ 7,6 milyar, meningkat 55% dibandingkan tahun lalu. Produk yang diimpor dari Indonesia adalah energi dan sumber daya alam lainnya. Dua puluh besar produk impor dari Indonesia yang merupakan 86% dari total impor Korsel antara lain adalah gas alam cair (LNG), minyak mentah, batu bara, nikel, bijih besi, karet dan pulp kayu. Produk lainnya adalah tekstil, alas kaki, mebel dan peralatan musik. Diramalkan impor dari Indonesia akan terus meningkat sehubungan perkembangan sektor industri Korsel yang juga membutuhkan lebih banyak energi dan sumber daya alam lainnya.

Usaha kecil dan menengah memainkan peran penting pada perekonomian Korsel. Dukungan apa yang diberikan kepada UKM untuk mendorong perkembangannya?

Terdapat sekitar lebih dari 3 juta perusahaan dengan kategori UKM di Korsel. Mereka merupakan 99,9% dari jumlah keseluruhan perusahaan di Korsel, menyerap 87% angkatan kerja serta memproduksi 49% dari total produksi. Setiap hari terdapat perusahaan UKM baru. Pemerintah memberikan bantuan komprehensif kepada UKM terutama yang berbasis teknologi tinggi. Pemerintah menyediakan berbagai bantuan seperti jaminan teknologi termasuk proses pinjaman yang sangat ringan. Disamping itu, untuk membantu perkembangan mereka, pemerintah akan membeli produk UKM berteknologi tinggi dalam kuantitas yang besar.

Apakah produk UKM Indonesia mempunyai peluang di pasar Korsel.

Terdapat sejumlah produk UKM Indonesia yang mempunyai peluang menjanjikan di pasar Korsel. Pertama adalah tekstil dan produk tekstil jika mereka dapat mengikuti perkembangan mode di Korsel serta diproduksi dengan banyak mode namun kuantitas sedikit. Kedua, produk kayu seperti mebel dan kerajinan tangan. Meningkatnya biaya produksi di RRC, merupakan peluang bagi Indonesia karena importir Korsel mulai meningkatkan permintaanya dari Indonesia. Selanjutnya adalah kopi dan produk laut. Kopi dan produk laut Indonesia mempunyai kualitas kelas dunia namun belum begitu dikenal oleh konsumen Korsel. Upaya promosi yang akif dapat meningkatkan permintaan konsumen Korsel akan produk ini, seperti berpartisipasi pameran-pameran internasional di Korsel.

Indonesia adalah salah satu negara hutan tropis terbesar. Apakah kayu Indonesia dapat bersaing di pasar Korsel?

Walaupun pasar kayu Korsel sedang dalam kondisi stagnan, namun telah memperoleh pangsa pasar yang besar di Korsel. Menurut data Korea Forest Service, pangsa impor kayu dari Indonesia adalah 9,7% pada tahun 2007, naik dibandingkan tahun 2006 yang hanya 7,9%.

Tahun 2006 Indonesia dan Korsel menandatangani kerjasama untuk mengembangkan 500 hektar hutan yang merupakan investasi hutan Korsel di Indonesia. Sejumlah perusahaan Korsel seperti Korindo, Inni Joa dan Taiyoung telah mempunyai lahan untuk dijadikan hutan. Bila kegiatan ini berhasil maka pangsa pasar kayu Indonesia di pasar Korsel akan melonjak.

Bagaimana menurut Anda potensi Indonesia sebagai tujuan investasi Korsel?

Korsel adalah investor ketiga terbesar ke Indonesia pada tahun 2007. Komunitas Korsel di Indonesia juga besar yaitu lebih dari 35.000 orang serta terdapat sekitar 1200 perusahaan Korsel di Indonesia. Sebagian besar investor Korsel memanfaatkan rendahnya ongkos tenaga kerja Indonesia untuk produksi dan mengekspor produknya ke negara lain. Namun seiring dengan meningkatnya perekonomian dan daya beli pasar lokal, investor Korsel juga memfokuskan target penjualan ke pasar domestik. Pola investasi Korsel di Indonesia berubah, dari pola padat karya seperti tekstil, produk kulit, alas kaki menjadi industri dengan teknologi lebih tinggi seperti elektronik, kimia dan farmasi. Disamping itu banyak investor Korsel yang tertarik dalam pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, rel kereta api dan pembangunan pelabuhan laut. Sektor energi, perkebunan dan pembangunan sumber daya juga merupakan sektor yang diminati investor Korsel.

Apakah ada usul atau kondisi yang diinginkan investor Korsel di Indonesia?

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya sangat berarti dalam meningkatkan iklim investasi dengan merevisi sistim pajak untuk mengurangi kendala yang dihadapi investor. Namun, masih terdapat beberapa hal yang menghambat derasnya arus investasi ke Indonesia. Pertama, ketidak stabilan pasar tenaga kerja, kedua, tingginya pajak dan ketiga kurangnya sarana infrastruktur yang memadai. Sejumlah ahli dan investor asing berpendapat bahwa ketiga kendala itu akan menghambat arus investasi asing ke Indonesia. Pemerintah telah menyadari kelemahan dan melakukan perbaikan. Namun masih banyak hal yang harus dilakukan. Perbaikan iklim investasi akan berdampak besar pada image Indonesia secara keseluruhan khususnya di mata invesrtor asing.

Indonesia adalah salah satu negara yang mengirimkan tenaga kerjanya ke luar negeri. Bagaimana menurut Anda peluang tenaga kerja Indonesia di Korsel.

Pekerja Indonesia di kenal sebagai pekerja yang rajin dan patuh. Kedepan, jumlah TKI yang masuk ke Korsel akan bertambah. Sistim baru dalam pengiriman TKI ke Korsel membuat proses pengiriman lebih transparan dan kesempatan untuk bekerja di Korsel terbuka luas.

Apakah sistim EPS (Employment Permit System) dapat mengurangi angka TKI ilegal?

Sebelum diterapkannya sistim EPS, TKI harus membayar mahal untuk bekerja di Korsel dan tidak ada perlindungan hukum bagi mereka selama bekerja di Korsel. Kondisi ini salah satu penyebab meningkatnya jumlah TKI ilegal. Namun setelah menggunakan sistim EPS, tenaga kerja asing mempunyai hak yang sama dengan pekerja lokal. Pekerja asing dapat kembali lagi bekerja di Korsel setelah kontraknya habis, namun setelah kembali ke negara mereka. EPS telah menciptakan suasana terbaik bagi tenaga kerja asing untuk bekerja di Korsel.

sumber: http://www.aksesdeplu.com/Kesempatan%20selalu%20ada.htm

Tags :

Tidak ada komentar: